Senin, 18 Februari 2013

Wakaf Untuk Kemaslahatan Umat

Ibadah wakaf telah lama diamalkan di kalangan umat Islam, Instusi ini telah ada sejak zaman Rasulullah saw. walaupun ulama berbeda pendapat untuk menentukan wakaf pertama dalam Islam (Departemen Agama RI, 2005a: 4) sebahagian ulama berpendapat bahawa wakaf pertama dalam Islam ialah masjid Quba, riwayat yang menjelaskan mengenai ini menyebutkan bahwa Umar bin Syabah dari Amr bin Saad bin Muadz berkata: ”kami bertanya tentang mula-mula wakaf dalam Islam, orang Muhajirin mengatakan wakaf Umar ra, sedangkan orang Arab Anshor mengatakan wakaf Rasulullah SAW (Asy Syaukani, 1374H: 129).
Namun demikian, ulama lebih banyak bersetuju bahwa wakaf pertama ialah wakaf yang diamalkan oleh Umar bin Khattab, yaitu ketika Umar memperoleh tanah di Khaibar, kemudian beliau meminta nasehat kepada Rasulullah sebaiknya digunakan untuk apa. Untuk ini Rasulullah memberi nasehat” ”...bila engkau mau, tahanlah pokoknya dan gunakan untuk sedekah”, nasehat tersebut diikuti Umar ra. dan itu dinilai sebagai wakaf pertama dalam Islam (Al-Alabij, 1989: 26). Wakaf Umar ini kemudian diikuti sahabat, seperti Abu Bakar, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib. Demikian pula pada masa Khulafa ar Rasyidin, amalan wakaf ini juga dilaksanakan karena dengan amalan wakaf dapat membantu kesejahteraan negara dan sekaligus beribadah kepada Allah (Muhammad Syukri Salleh & Abdul Hamid Md Tahir, 1985: 6-9).
Setelah masa Khulafa ar Rasyidin ibadah wakaf ini berterusan diamalkan oleh umat Islam di berbagai negara, dan sejarah umat Islam telah membuktikan besarnya peran sosial ekonomi wakaf dalam masyarakat Islam, Monzer Kahf, (1992: 19) mengemukakan bahawa telah didapat informasi bahawa wakaf di Istambul, Jerussalem, Kairo dan kota-kota lainnya meliputi sebahagian besar dari keseluruhan wilayah yang digunakan masyarakat. Bahkan di Indonesia, pada masa kerajaan Aceh yang berdiri pada tahun 1511 Masehi amalan wakaf banyak dilakukan. Kerajaan Aceh mempunyai Kanun Meukuta Alam atau Kanun al-Asyi. Dalam Kanun ini dikemukakan ada satu institusi bernama Balai Meusara yang memiliki fungsi untuk megelola wakaf (Irsyad, 2009: 3-4). Demikian juga di negara-negara lain banyak ibadah wakaf ini diamalkan dan berperan dalam aktivitas ekonomi masyarakat.
Manfaat Harta Wakaf
Ibadah wakaf merupakan lembaga keagamaan yang perlu  mendapat perhatian khusus dari umat Islam, kenapa perlu perhatian khusus? Karena ibadah wakaf memiliki multi manfaat yang sangat berguna bagi pengembangan umat. Diantara manfaat tersebut ialah dalam rangka hablum minallah yaitu membelanjakan harta sesuai perintah Allah swt serta hablum minannas yaitu berupa ibadah sosial untuk memberikan kesejahteraan dan kemaslahatan kepada umat manusia.
Kenapa harta wakaf memberikan kesejahteraan dan kemaslahatan kepada umat manusia? karena harta wakaf memiliki banyak manfaat, diantaranya manfaat yang bersifat sosial dan manfaat yang bersifat ekonomi. Dari sisi manfaat ekonomi, wakaf merupakan instrumen ekonomi Islam yang sangat unik dan sangat khas serta tidak dimiliki oleh sistem ekonomi yang lain di luar sistem ekonomi Islam.
Masyarakat non-Muslim boleh memiliki konsep kedermawanan (philanthropy) tetapi ia cenderung seperti hibah atau infaq saja dalam Islam, hibah dan infaq tentu berbeda dengan wakaf. Harta hibah dan infaq tidak bersifat abadi kerana objeknya langsung digunakan/dimanfaatkan oleh penerima secara langsung. Manakala wakaf, yang boleh digunakan oleh penerima wakaf (nadzir) adalah manfaat atau hasil dari harta benda wakaf saja. Oleh karena itu wakaf tidak habis kerana dipakai dan menjadi harta/dana abadi ummat Islam.
Selain itu, kekhasan wakaf juga sangat kentara dibanding instrumen zakat yang hanya bertujuan untuk menjamin dengan konsisten pemenuhan keperluan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang masuk kategori mustahiq saja. Siapa saja yang menjadi mustahiq telah ditetapkan secara limitatif dalam Al-Qur’an surat at-Taubah ayat 60, yaitu untuk orang fakir, orang miskin, pengurus zakat/amil zakat, untuk memerdekakan hamba sahaya, untuk orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang yang sedang dalam perjalanan/musafir. Sedangkan wakaf adalah sebentuk instrumen khas yang mendasarkan fungsinya pada unsur kebajikan (birr), kebaikan (ihsan) dan persaudaraan (ukhuwah). Artinya pemanfaatan wakaf tidak terbatas, ia boleh digunakan untuk kesejahteraan sosial dan ekonomi serta kemaslahatan secara menyeluruh.
Penggunaan harta wakaf untuk kepentingan sosial ekonomi serta kemaslahatan secara menyeluruh maksudnya manfaat/hasil harta wakaf leluasa dipergunakan untuk apa saja, asal saja untuk kesejahteraan dan kemaslahatan ummat Islam yang sesuai dengan ketentuan Islam. Dengan itu, pemanfaatan harta wakaf lebih fleksibel dibandingkan dengan harta zakat.
Fleksibelnya penggunaan harta wakaf dapat dilihat dalam sejarah perwakafan di dunia Islam, Razali Othman (2005) mendapati di zaman keemasan Islam wakaf merupakan sumber keuangan penting bagi pembangunan negara. Razali Othman mengemukakan bahwa pada zaman keagungan Islam, sektor-sektor pendidikan, kesehatan, kebajikan, penelitian dan sebagainya disumbangkan melalui sumber yang berasal dari harta wakaf. Beliau juga mengemukakan temuan Bahaedin Yedyyidiz yang menegaskan bahwa wakaf telah digunakan untuk pembinaan infrastruktur seperti jalan raya, jembatan, dan sistem pengairan/irigasi, juga untuk perkhidmatan/pelayanan kebajikan seperti pembangunan Rumah Sakit untuk orang miskin, perkhidmatan/pelayanan pendidikan dan budaya, seperti pembukaan sekolah, perpustakaan, universitas, menyediakan beasiswa, gaji guru, perkhidmatan/pelayanan keagamaan seperti masjid, gaji orang-orang yang terlibat dalam kegiatan keagamaan semuanya dilaksanakan dengan dana yang berasal dari harta wakaf.
Kepelbagaian pemanfaatan wakaf dalam pembangunan juga diungkapkan oleh Razali Othman (2005) dengan mengungkapkan catatan Ibnu Batutah dalam Rihlah Al-Batutah. Kepelbagaian penggunaan sangat menakjubkan. Terdapat pelbagai jenis wakaf, antara lain untuk mengerjakan haji ke Mekah, sumbangan untuk perkawinan, untuk membebaskan orang yang berfsalah, bahan makanan, dan pakaian meningkatkan kemudahan amum seperti jalan raya. Ibnu Batutah juga mencatatkan bahawa ketika beliau berjalan di Damaskus, ada seorang secara tidak sengaja menjatuhkan mangkuk porselin. Orang tersebut ketakutan, lalu dikerumuni orang ramai. Kemudian orang itu mengutip pecahan mangkuk dan dibawa kepada pengurus/nadzir wakaf, dan selanjutnya orang yang menjatuhkan porselin itu menerima uang untuk membayar harga mangkuk/porselin yang pecah itu.
Selain itu sejarah mencatat  bahwa Puteri Zubaidah isteri Khalifah Harun al-Rashid pernah membangun jalan raya dari kota Baghdad di Iraq sampai ke kota Mekah untuk memberi kemudahan kepada jemaah yang akan menunaikan ibadah Haji. Biaya pembangunan jalan raya itu berasal dari harta-harta wakaf yang dikelolanya (Razali Othman, 2005)
Penutup
Uraian di atas memperlihatkan harta wakaf memiliki potensi yang besar untuk dipergunakan memajukan masyarakat baik dari sudut sosial maupun ekonomi umat Islam. Selanjutnya terpulang kepada umat Islam bagaimana menyikapinya.--
Penulis adalah Dosen UMSU, Ketua Laziswa PWM-SU, Ketua Umum HIMNI-SU.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar